Minggu, 13 Februari 2011

Salam Cinta NgS :*


"Halo .."
Ku kenal betul suara di ujung telepon itu.
"Selamat hari kasih sayang Ibu .." Aku berucap padanya dalam penuh syukur.
"Selamat hari kasih sayang Nak .."

Senantiasa ada doa dari setiap baris katanya, untuk anak-anaknya. Hingga aku begitu damai.

Selamat datang teman-teman, para sahabat dan saudara di EDISI PERTAMA Nadha Githa Svara Media (NgS Media). Astungkara sesuai janji, NgS bisa menghadirkan beberapa tulisan cantik dari para Wanita Indonesia di Edisi kami kali ini yang ber'title : Bahasa Cinta Wanita

Begitu universalnya cinta, dan begitu indahnya keanekaragaman cara dalam pengungkapannya, mari indahi bulan Kasih Sayang ini dalam kesadaran syukur atas karunia ini. Semoga kedamaian hati selalu menyelimuti kita semua.

NgS ^^ mengucapkan ... Selamat Mengapresiasi Karya Sastra Bahasa Cinta Wanita :)


Ucapan terima kasih NgS teruntuk : Cok Sawitri, Oka Rusmini, Suwita Utami, Eka Pranita Dewi, Ayu Winastri, Tri Purwani Dewi, Rastiti

Tetap Semangat Berkarya :)

Salam Sastra,

NgS Media

Sabtu, 12 Februari 2011

Ayu Winastri

Mencintai Rahib  
Hanya cicak yang tahu, ia berdecak genap, tertawa atas cinta yang begitu ganjil. Kutepis dirimu dengan gurau persahabatan, namun ketika malam begitu liar bayanganmu hinggap seperti gagak yang lapar. Suatu waktu kau bercerita tentang angin yang menyamar, mengahantam dari delapan juru. Lingkaran tanpa henti, dimana tubuh hanyalah pinjaman dari masa-masa. Tak ada yang abadi, bahkan cinta sekalipun. Kau seperti dewa, aku telah persembahkan diriku, sadar atau tiada. Aku tanyakan padamu malam itu, mengapa waktu begitu lama mempertemukan kita. Kau hanya tersenyum, tanpa jawaban yang tepat. Entah, kita ingat atau tidak, kita hanya yakin, dulu kita pernah berpasangan. Itulah kesimpulannya. Kini kucoba mengerti hatimu telah terhidang di atas altar, bersama deretan cawan air suci dan lampu minyak. Umurmu kini untuk doa-doa setiap pagi dan senja hari. Kau duduk membujur mengerucutkan tangan menjadi padma-padma dan tenggelam dalam sunyata. Aku akan coba untuk mengerti karena tak ada cinta yang begitu salah …

Rastiti

Aku melihatmu di jalan jalan
di setiap papan perhentian
Antara bus kota
dan nyanyian penyanyi gelandang
Kota ini penuh hujan
Serintik di rambut penarik becak
Serinai di punggungnya
bercampur peluh
Lampu berubah merah
anak anak berlarian menawarkan koran
sedikit sayat sakit terkulum senyum simpulnya
Aku melihatmu menawarkan manisan
namun mereka berlalu
dengan segenggam koin bergambar wajahmu
Biarkan payung mereka tertutup
Kita bersama menari
Sebelum loket terbuka
Aku akan kembali ke kota ini
Bersamamu, menyaksikan pelangi
mendengar tawa anak anak lagi

Cok Sawitri

.. baiklah,
Tiba-tiba aku ingin bercakap denganmu,
Tapi nomor hpmu mati,
Emailmu berganti
Kamu tak punya facebook, YM, dsbnya
… harus aku memejamkan mata :
Memangggil namamu
Dan terasa benar
Aku kini kehilangan …

Oka Rusmini

....Setiap memandang mata Ibu, aku selalu melihat sebuah pemandangan paling indah: Kali Badung. Aku tersenyum, kembali memandang mata Ibu yang kemerahan. Kusentuh mata Ibu dengan jari-jariku. Perempuan itu balas tersenyum .
“Di sini setiap perempuan adalah lelaki. Bekerja adalah sembhayang dan menari,” Ibu berkata dengan sangat liri...h, lalu menggendongku erat-erat seraya mengulang kata-kata itu, berkali-kali. Setiap detik, setiap menit.

Suwita Utami

Mulih….
Sangkaning kangen di hati mentik ngeraneyan tityang setata nunas ica dumogi rahinane galang setata becat pejalane peteng lemah masilur manah tityang mangda gelis matimpuh dipabinanne numpahang kangenne sane nyesek masepel yeh mata usap-usapang kedek pakenyung sangkaning teresnan iragene tusing sida tityang nyambatang …….

(Gianyar, November 2010)

Tri Purwani Dewi

BUNTU


Hening. Hari ini, esok, dan seterusnya. Aku ingin ketenangan menyelimuti setiap sudut ruang ini. Hening, tetap tidak berisik akan pengaruh kegaduhan suara yang dari awal aku masuk ruang ini, selalu menggema. Kian menggema, makin keras, meraung-raung memecahkan gendang telinga. Ahh.
Tapi kurasa hari ini sedikit berbeda. Hari ini begitu hening. Tenang sekali. Dan aku menikmatinya.
Oh tidak! Mengapa begini? Mengapa keheningan ini begitu mudah berubah? Menjadi sesuatu yang amat sangat, tidak kunikmati. Menjadi, menjadi kebisuan mencekam yang mampu membuat dadamu berdesir, seperti aku. Pelan-pelan aku jadi ngeri sendiri. Bulu kudukku mulai berdiri. Satu persatu kebisuan pekat itu memecah membentuk suara langkah kaki. Satu persatu pula, penghuni ruang itu pergi, melangkahkan kaki-kaki mereka menuju beranda, menuju ke gerbang yang senantiasa menganga menunggu kedatangan mereka.
Mau tak mau, aku pun mengikuti langkah mereka. Mungkin sebagai simbol solidaritas. Ah entahlah. Tapi sesungguhnya bagiku, aku tidak ingin terperangkap sendirian di ruang itu. Seandainya kamu ada di posisiku, aku rasa kamu akan melakukan hal yang sama. Berjalan, mengikuti manusia-manusia yang tadinya seruangan denganku. Sebenarnya aku masih belum mengerti, mengapa mereka beranjak dari ruang itu. Padahal sebelumnya justru mereka yang selalu bercengkrama diiringi canda tawa di ruang itu. Apakah, apakah mereka juga merasakan hal yang sama denganku?
Ya, kengerian itu! Kengerian itu seolah menyelimuti seluruh ruang itu dan bekas penghuninya. Layaknya aku. Buktinya, aku masih tetap dalam kengerian itu. Hingga aku tak mampu berucap sama seperti mereka. Membisu.
Sepertinya ruang itu berubah. Seperti ada yang hilang. Dan kurasa memang ada yang hilang. Sementara kami, bekas penghuni ruang itu masih tetap berjalan dalam kebisuan. Hanya suara langkah kaki yang terdengar oleh telinga telanjang manusia. Oh ada lagi! Tetapi kurasa hanya anjing yang mampu mendengar hal itu: deru nafas yang kian memburu! Atau jangan-jangan mereka sendiri mampu mendengarnya. Seperti aku, seperti nafasku, seperti keringatku yang kian menetes membanjiri tengkuk dan pelipisku. Aku ngeri, takut, merinding, bingung, bisu, diam, lelah, penat, pengap, gerah, ahhhh!!!
Aku tak mampu lagi bertahan dalam kebisuan seperti ini. Aku bisa gila! Masa bodoh! Ku sudah tak peduli lagi. Aku berteriak, berteriak, aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh..........!!! Memutus urat tenggorokanku. Sampai-sampai teriakanku itu membuat semua mata memandang tajam ke arahku. Menusuk tepat di jantungku. Aku kaku, tak mampu bergerak, masih dalam kebimbangan yang saling beradu di relungku. Sedangkan mereka, masih saja menatapku demikian.
Aku berpikir, tetapi pikiranku kacau. Aku ingin bersuara, tetapi suaraku habis. Bukankah tadi aku sudah berkata jika urat tenggorokanku putus?
Jadi ku putuskan hanya akan berkomunikasi dengan mata dan hatiku. Dengan mata hatiku, pula,
mereka masih menatapku tajam. Wah, sesungguhnya aku tidak percaya akan hal ini. Tidakkah mereka mengerti? Yang ku inginkan hanyalah ketenangan. Bukan kebisuan. Ketenangan bagi setiap nurani di sekelilingku. Ketenangan bagi setiap bekas penghuni ruang hatiku yang kini pergi dalam kebisuan. Ketenangan dalam ruang hatiku sehingga mereka kembali lagi dan betah tinggal di sana. Tidakkah mereka mengerti?
Ku rasa tidak! Mereka masih saja menatapku tajam, semakin tajam, menusuk jantung, bahkan ke ruang hatiku. Mereka seperti makhluk-makhluk yang ingin membunuhku dengan tatapan mereka. Oh, aku sakit! Dan ku yakin mereka bukan manusia lagi. Mereka seperti zombie, leak, genderuwo, iblis, atau drakula yang kapan saja siap mencekik leher dan menghisap darahku. Aku ngeri, takut, merinding, bingung, bisu, diam, lelah, penat, pengap, gerah, ahhh!
Ahkirnya aku bisa menggerakkan satu persatu bagian inderaku. Kucoba gerakkan lagi, terus dan terus, hingga aku mampu berbalik, berjalan, lebih cepat, lebih cepat, lari, kabuuuuurrrrrrr!!!

Ya Tuhan, aku dikejar! Aku dikejar para zombie, leak, genderuwo, iblis, drakula, atau apalah itu namanya. Dan aku tak mau ikut-ikutan menjadi zombie, leak, genderuwo, iblis, drakula, atau siapalah itu namanya. Aku terus berlari, menyusuri jejak-jejak ibukota yang entah bagaimana lagi aku mendeskripsikannya. Menyusuri jalanan aspal, tanah, kerikil, batu, air, becek. Menabrak ternak, unggas, tanaman, tong sampah, sampah, sesuatu. Hingga yang terakhir, aku menabrak tembok! Jalan buntu! Dan, ah aku terjatuh, terjerembab, tetapi tidak berani menoleh ke belakang. Apa yang harus ku lakukan? Aku mohon agar mereka berhenti mengejarku dan membebaskanku dari bayang-bayang mereka. Tetapi aku tak bisa. Akhirnya aku diam. Mencoba mendengarkan apa saja di sekelilingku. Lama.
Tapi mengapa sepi? Aku penasaran. Ku tolehkan kepalaku kebelakang, dan kemana mereka? Kemana para zombie, leak, genderuwo, iblis, drakula, atau bagaimanalah itu namanya? Kenapa menghilang? Aku masih terpaku, tak habis pikir. Mungkinkah mereka tadi mendengar jeritan hatiku? Entahlah. Aku masi terpaku, menatap ruang kosong yang… yang buntu. Seperti pikiranku. Lama sekali.
“Shhh!”
Apa itu?
“Shhh!”
Aku berbalik.
“Siapa? Siapa Kau?”
“Shhh!”
Aku berbalik lagi.
“Keluar!” Bentakku.
Diam.
Aku menoleh ke segala arah.
“Keluar! Pengecut!”
Diam.
Lima menit, satu jam, sepuluh jam, dua puluh empat jam.
Mataku masih terbelalak, mengawasi sekelilingku.
Tapi tetap diam.
Lama sekali.
Baru ku sadari,
Ternyata hanya bayanganku.

Eka Pranita Dewi

Sajak Cinta
: bagi kita

sempat pula kumerenung
jika suatu nanti angin mendung
tak lagi berkabung
kita bersuami-istri
di sisi kita ada cinta

rumah kecil kita
walau gubug reyot
tapi ada cinta
tempat tidur dipan kita
walau keras
namun ada cinta
lantai tanah kita
walau kasar
tetap ada cinta

kita tak punya tv berwarna
masih kita punya cinta
kita mewarna dalam cinta
sebab kita tumbuh dari cinta
cinta untuk bercinta
mawar sudah tak lagi dijamah
edelweis di sebelah kita merekah
di halaman cinta kita
hati kita diteduhi cinta
kita tak habis mencinta

2003

Kamis, 03 Februari 2011

Perpanjangan masa pengumpulan NaSkAh ^^

Salam sastra ^^

Sahabat wanita, ngsmedia mengucapkan terima kasih atas karya-karya terbaik yang telah diterima.
Dengan ini kami beritahukan Batas Waktu Pengiriman Karya kami undur hingga 13 februari 2011.
Karena itu ijinkanlah kami mengundang adik-adik, kakak-kakak, teman dan sahabat-sahabat  wanita Indonesia untuk mengisi edisi pertama ngsmedia yang ber’title’ Bahasa Cinta Wanita.
Kami menanti untaian kata-kata berupa pesan singkat, puisi, cerpen, cermin (cerita mini),dsb,  dengan ketentuan ^^:
-          Bertemakan : cinta
-          Karya-karya kami nanti hingga 13 februari 2011
-          Adalah karya sendiri, baik  yang telah pernah terpublikasi kan ataupun belum
-          Masing-masing mengirimkan 1 karya terbaiknya
-          Silakan dikirim ke :
                ngs.media@gmail.com
                agoesrams@yahoo.com
atau melalui pesan di inbox facebook (agoes sutrarama)
  Karya-karya akan kami tampilkan di : http://ngsmedia.blogspot.com  pada 14 februari 2011
   
  Mari Bahasa kan Cinta kita ^^

Ngsmedia

I Putu Agus Sutrarama